Sabtu, 27 April 2013

SEANDAINYA PEMIMPIN KITA MENCINTAI SASTRA

Edit Posted by with No comments

Sastra lahir dari subjektivitas seseorang yang lahir dari panca indra, imajinasi, naluri, jiwa dan raga. Bila seorang pemimpin mencintai sastra berarti dia memakai panca indranya untuk merasakan sekitarnya, berimajinasi tentang kepemimpinan dan kekuasaannya. Jika menggambarkannya lebih baik maka itu akan menjadi cermin baginya dan juga tujuannya. Jika dia menggambarkannya sama seperti apa yang dia lihat sebagaimana keadaan yang sedang dia pimpin berarti dia menyadari dan akan berusaha untuk memperbaikinya dengan menggambarkan tujuan yang ingin dicapainya dengan karya sastra juga.

Sastra (Sanskerta: शास्त्र, shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta yaitu sastra yang berarti “teks mengandung instruksi”. Dalam bahasa Indonesia kata sastra biasa digunakkan untuk merujuk ke kata “kesusastraan” yang memiliki pemahaman  tulisan yang mengandung arti keindahan tertentu. Sastra memiliki nilai seni oleh karena itu sastra memiliki nilai keindahan. Sasta adalah budaya  karena pada sastra terdapat nilai seni. Hubungannya adalah sama-sama memiliki objek,  sama sama mempelajari nilai komunikasi antar sesama manusia yang memiliki beraneka ragam ciri. Keterhubungannya dengan pemimpin adalah agar pemimpin mampu berkomunikasi dengan baik kepada rakyatnya. Tidak dapat dibayangkan jika  seorang manusia tidak menyukai dan tidak mengenal  sastra tentu saja manusia tidak dapat menyalurkan ekspresi dan tidak dapat berkomunikasi sesamanya.

Karya sastra merupakan bagian dari karya seni untuk mengekspresikan dan berkomunilasi.Seorang pemimpin yang mencintai sastra haruslah mencintai rakyatnya, berkomunikasi dengan rakyatnya. Sastra menjadikan pemimpin lebih mudah berkomunikasi, karena pada hakekatnya karya sastra adalah penjabaran abstraksi. Sementara itu filsafat, yang juga mempergunakan bahasa, adalah abstraksi. Cinta kasih, kebahagian, kebebasan, dan lainnya yang digarap oleh filsafat adalah abstrak. Sifat abstrak inilah yang menyebabkan filsafat kurang berkomunikasi Karena nilai-nilai sastra inilah bisa menjadikan diri lebih adil, bijaksana, berkemampuan, berilmu, berwawasan. 

0 komentar:

Posting Komentar